DND#1 Welcome Back!

Hai Crew!

Ini adalah Digital Nomad Diaries episode pertamaku. “Welcome back!” sapa semua orang di pulau ini yang telah mengenal aku dan Josh selama di Thailand. Well, mostly teman-teman Josh yang kebanyakan juga para digital nomad dari Co-working space yang sama. Josh salah satu orang asing yang telah tinggal di pulau ini semenjak 2016. Belum lagi karena fotonya terpajang tiga kali karena dia tanding Muay Thai disini. Pulau kecil ini bernama Koh Lanta. Masih jarang dikenal orang, sehingga alamnya masih natural.

To travel, to experience, to excercise, to eat, to love, and to enjoy life.

Digital Nomad Diaries adalah artikel berepisode tentang pengalamanku sebagai Digital Nomad yang baru. Sangat newbie dibanding teman-teman lainnya. Artikel ini sebagai rangkuman perjalanan selama aku meninggalkan Indonesia atau berada di bagian lain dari Indonesia, mana tau aku mengalami amnesia atau home sick. Selain itu untuk meracuni kamu, agar main ke sini, ke tempat-tempat yang aku kunjungi.

Pemandangan dari atas kapal ferry

Bulan Februari kemarin adalah kali pertama aku meninggalkan Indonesia dan pergi ke pulau ini bersama Josh. Bisa latihan Muay Thai langsung di Thailand merupakan salah satu impianku. Aku selalu senang dapat menikmati alam yang masih asri, selalu dengan alasan yang sama, sebelum alam semakin rusak karena manusia. Sementara kota jarang sekali menjadi destinasi liburanku.

Koh Lanta merupakan pulau kecil yang dapat kamu putari dalam waku 2-3 jam. Koh Lanta merupakan salah satu pulau kecil di Thailand yang terbagi menjadi Koh Lanta Noi atau “Pulau Lanta Kecil” dan Koh Lanta Yai atau “Pulau Lanta Besar”. Kebanyakan turis menghabiskan waktu di Koh Lanta Yai atau simpelnya kita bilang Koh Lanta. Penduduknya pun berbeda dengan kota di Thailand, misalnya Bangkok. Mayoritas penduduk pulau ini adalah muslim, tidak menjadi masalah bagiku untuk menemukan masjid ataupun makanan halal. Suara adzan pun terdengar dimana-mana, sekalipun jarak masjid 1-2 km, mereka memasang banyak pengeras suara di jalanan. Nilai plusnya lagi, subuh disini baru terdengar di jam 5 pagi, bagi aku yang kadang kesiangan di Indonesia, disini, kadang aku bangun sebelum adzan terdengar.

Perjalanan ke sini dari Indonesia sekitar 8 jam, well tergantung transit pesawat juga. Dari Soekarno-Hatta ke Kuala Lumpur yaitu 2 jam, setelah itu dari Kuala Lumpur ke Krabi yaitu 1.30 jam, terakhir dengan taksi sekitar 2 jam termasuk menyebrang dari Krabi ke Koh Lanta tepatnya dimana Resort yang kita sewa. Josh menghabiskan beberapa tahun terakhirnya di Lanta Sport Resort. Pulau ini sudah seperti rumah baginya. Akupun selalu ingin tinggal di pulau seperti ini. Namun aku tidak pernah berpikir bagaimana cara menghidupi diri di pulau ini. Ternyata ada cara menikmati pulau ini, dengan menjadi Digital Nomad.

Sebagai pulau turis, musim sangat berpengaruh pada kondisi masyarakat setempat. High season biasanya bulan November hingga April merupakan saat yang tepat untuk berlibur kesini. Musim tersebut adalah musim kering atau kemarau. Semua bibir pantai akan menggoda kamu untuk berenang ditengah jernih birunya air laut. Sementara saat ini adalah low season antara bulan Mei hingga Oktober. Turis asing lebih sedikit terlihat, restoran ataupun bar lebih banyak yang tutup dan terkadang beberapa barang atau makanan akan menjadi lebih mahal. Jujur aku sendiri belum melihat kondisi pantai saat musim hujan ini, namun birunya air laut masih terlihat dari balkon kamarku.

I fell in love with his first love, this island.

Hari pertama kali kita kembali ke pulau ini kita habiskan dengan bertemu teman-teman di salah satu restoran favorit kita, Galaxy Bar & Restaurant. Tidak cuma teman lama, tapi juga teman baru. Cerita tentang pernikahan kita pun dibahas beberapa kali, maklum kebanyakan dari mereka tidak dapat hadir. Tidak cuma itu, pekerjaan, hobby hingga ide-ide menjadi topik favorit.

Kebanyakan teman-teman Josh dari Co-Working spacenya seumuran atau bahkan lebih tua darinya. Insecure, jujur sering aku rasakan. Kadang dianggap masih kecil, well that’s true. Tapi ada banyak hal positif yang bisa aku pikirkan selain hanya membandingkan apa yang aku lakukan dengan apa yang mereka sudah lakukan, apa yang baru aku capai dengan apa yang sudah mereka capai, hingga akhirnya aku bisa lebih berpikir positif. Itung-itung mengambil pelajaran atas pengalaman mereka, sehingga aku tidak perlu mengalami hal seperti mereka.

Terkadang agak berat juga bagiku untuk mengimbangi apa yang mereka bahas, karena mereka semua lebih pro dengan dunia digital, sementara seperti yang aku bilang, aku masih newbie. Tapi, bukankah itu alasan aku harus belajar? Masalah terakhir mungkin karena aku lebih introvet, bukan menjadi masalah bagiku untu satu meja dengan teman-teman baru, namun aku akan lebih menjadi pengamat tentang bagaimana sikap, pandangan, atau preferensi mereka.

Sayang sekali minggu ini belum ada tempat yang aku kunjungi. Maklum, musim hujan. Rutinitas tiap pagi adalah lari, kemudian siang aku menulis web ini atau membaca buku, sore hari adalah Muay Thai, kemudian malam menonton TV. Cuaca disini saat musim hujan masih lebih hangat dibandingkan dengan Bogor. Anginnya pun lebih ramah. Suhu berkisar 25-30 celcius. India, si kucing di Ko-Hub (Co-Working space) pun tau bagaimana cara menikmati hujan.

India

Meskipun kita selalu makan malam di luar, kita sedang menjalankan diet. Tidak banyak makanan yang dapat kita coba. Entah mungkin karena aku tau ini bukanlah liburan, aku agaknya merindukan makanan Indonesia. Seperti martabak, sate padang, rendang, seblak bahkan Indomie! Aku bersyukur sebelum aku memesan Indomie lewat Shopee, ternyata Seven-Eleven menjualnya!

Baiklah mungkin ini saja yang dapat aku ceritakan. Akan aku sambung lagi minggu depan. Semoga akhir pekanmu menyenangkan!

Ciaooo!

If you don't feel particularly excited, fake it!