DND#7 Pulang ke Indonesia

Hai Crew!

Setelah dua bulan lamanya memulai kehidupan sebagai nomaden aku harus pulang sejenak karena visa habis. Belum benar-benar pulang ke rumah karena sekarang aku berada di Bali. Planning selanjutnya adalah menyebrang dari Bali ke Banyuwangi baru ke Jakarta untuk follow up visa Australia.

Homesick?

Sebelum meninggalkan Koh Lanta kita mengadakan farewell dinner, walaupun kita akan kembali lagi kesana. Pertanyaan populer dari teman-teman malam itu adalah ‘Apakah kamu kangen rumah?’. Antara iya dan tidak. Mungkin yang benar-benar aku rindukan adalah murah dan makanan di Indonesia. Aku yang jarang sekali beli Indomie mendadak jadi tiap minggu makan Indomie di Thailand. Aku kangen kerupuk, gorengan, tempe, dan martabak.

Tapi kalau homesick?

Homesick adalah perasaan tertekan yang disebabkan karena jauh dari rumah. Ciri kognitifnya adalah menyibukkan pikiran tentang objek rumah dan lampiran. Penderita biasanya melaporkan kombinasi gejala depresi dan cemas, perilaku yang ditarik dan kesulitan fokus pada topik yang tidak terkait dengan rumah.

Jawabanku adalah tidak.

Menginap di Ao Nang

Hari Senin pagi aku, Josh dan Antee (teman Josh) berangkat ke mainland, Krabi. Antee perlu perpanjang visa tinggal ke kantor imigrasi dan menjemput teman-temanya hari Selasa siang. Cuaca di Koh Lanta hujan dari subuh hari membuat suasana mendukung untuk bersantai. Biasanya dari Koh Lanta ke kantor imigrasi mungkin hanya 1.5 hingga 2 jam. Hari itu hampir memakan waktu 3 jam, utamakan keselamatan daripada kecepatan.

Tujuan utama sesampainya di kota Krabi adalah makan siang! Menurut Google Maps area kita mencari makan biasanya ada pasar malam, bukan pasar siang jadilah kita makan di restoran Italia bernama Viva. Makanan disana enak dan sangat cepat, mungkin mereka tau kalau kita lapar. 

Setelah itu kita melanjutkan perjalanan ke kantor imigrasi. Beberapa turis asing terlihat menunggu di ruang tunggu, walaupun hari itu hujan. Sementara menunggu Antee yang aku lakukan adalah mencari anjing liar. Aku selalu membawa cemilan anjing selama aku berada di Thailand, misiku cuma untuk mengubah mindset orang yang ‘cap muslim tidak suka anjing’ sedikit agak berubah. Lalu aku menemukan anak anjing dan ibunya yang meneduh di kolong gazebo. Kondisi mereka tidak begitu baik. Sang ibu terlihat tidak suka padaku karena anaknya menyukai cemilanku. Pandangan sang ibu terlihat mengawasiku apalagi ketika sang anak tetap mengikutiku. Geraman sang ibu beberapa kali terdengar hingga aku pergi karena cemilan sudah habis.

Ternyata terkadang kamu tidak mendapatkan full 30 hari perpanjangan visa. Well mungkin petugas agak kurang peduli bila itu hanya 28 ataupun 29 hari. Jadi baik untuk dicatat sebelum kamu memutuskan untuk beli tiket pulang bulan depan. Setelah urusan Antee selesai, perjalanan kita berlanjut untuk check in di bungalow daerah Ao Nang bernama The Lux Family. Kesan pertama pada saat check in 9/10 karena petugasnya sangat cepat dan menjelaskan dengan detail dari ruangan hingga welcome drink dan fruits. Bagian yang mengurangi 1 poin tersebut adalah pintu kita tidak bisa terkunci. Bagian terbaiknya adalah saat dia menjelaskan bahwa mereka menyediakan bis shuttle gratis untuk ke Ao Nang beach serta cukup kirim Whatsapp untuk penjemputan bila mau pulang.

Ao Nang hari itu tidak begitu cocok untuk dinikmati karena hujan pun baru saja berhenti, turis pun belum banyak terlihat. Akhirnya kita memutuskan untuk ngopi di kedai kopi khas Thailand bernama Black Canyon Coffee. Jangan tanya jenis bean apa yang mereka punya, karena kebanyakan mereka terbatas dalam menggunakan bahasa Inggris. Tapi hasil Google mengatakan bahwa mereka adalah kedai kopi dari Thailand yang telah memiliki cabang di banyak negara lainnya.

Hari masih terlalu terang tapi tidak banyak yang bisa kita lakukan kecuali kembali mencari tempat menunggu senja. Seharusnya pantai ini adalah lokasi yang pas untuk menikmati senja, jika tidak hujan. Kita pun mencari rooftop bar tanpa senja yang benar-benar indah. Menutup kekecewaan dengan senja yang kurang mendukung kita pergi ke McD. Yap. Mekdi. Jangan salah, harga McD disini hampir 2 kali lipat lebih mahal dibanding di Indonesia, bukan karena harga makanan lain yang juga mahal tapi benar karena McD disini lebih mahal. Orang Thailand bilang yang bisa makan di McD tergolong mampu dan bila kamu nongki di McD kamu sudah auto hitz. Kemudian kita menghubungi resort untuk minta jemput pulang.

Pesawat kita terbang hari Selasa pagi, rutenya agak berbeda yang biasanya transit di KL kali ini transit di Bangkok. Pertama kalinya ‘transit’ disana rasanya tidak asing jika Bangkok dibilang tempat shopping. Pemandangan di airport menunjukan ‘sale’ atau ‘oleh-oleh’ yang diserbu banyak turis yang hendak pulang.

Di Bali ada apa?

Itulah pertanyaanku kepada teman-teman di Instagram. Mungkin belum banyak tempat di Bali yang aku kunjungi, hanya saja karena title ‘pulau wisata asing’ membuatku malas untuk kesana. Temanku menyarankan ke Gianyar dan sekitarnya, boleh di coba. Selain itu misiku adalah untuk mencari tempat latihan Muay Thai yang sesuai denganku di Bali.

Cuaca di Bali berbeda 180 derajat dengan Koh Lanta, panasnya auto membuat Josh hampir sama tan denganku. Entah kenapa beberapa tempat yang kita tinggali adalah rute macet, ah selamat datang kembali ke Indonesia! Padahal dua tempat tinggal yang kita pilih adalah Canggu.

Sebenarnya kita telah memesan kamar di Salty Shakas Bamboo Surf Stay untuk 9 malam, namun setibanya kita disana aku sudah menebak kita tidak akan lanjut menginap disana. Mungkin salah mereka yaitu menuliskan ‘bungalow’ sementara kenyataannya seperti tent atau bisa dibilang glamping. Atau mungkin salah kita yaitu tidak mengecek lebih jauh tentang foto-foto kamarnya. Problemnya bukan karena bangunannya dari bambu, tapi karena tidak ada pintu di kamarnya hanya sebatas tirai putih. Ini membuat perasaan tidak aman karena kita traveling dengan banyak barang berharga. Walaupun mereka menyediakan loker dengan kunci agaknya aku kurang nyaman tidur tanpa pintu. Bagian baiknya mereka menyediakan AC dan kelambu, jika tidak mungkin kita sudah auto kabur sesampainya disana. FAsilitas lainnya adalah kamar mandi bersama, dapur kecil, WiFi, dan kolam renang. Biaya permalamnya terbilang cukup murah yaitu 150an ribu, tapi mendadak mahal karena kita tidak bisa refund biaya untuk 8 malam lainnya. Mungkin nilai dariku adalah 4/10 untuk tempat ini.

Masih penasaran untuk tinggal di daerah tersebut kita mencari guest house murah lainnya, maklum akhir bulan. Pernah lihat OYO hotel atau hostel? OYO Rooms, juga dikenal sebagai OYO Homes & Hotels adalah jaringan hotel India. OYO memiliki jaringan terbesar ketiga di dunia. Dengan harga permalam 101 ribu rupiah kita mendapatkan kamar yang memiliki pintu dan kamar mandi pribadi dengan air panas! Fasilitas lainnya yaitu WiFi, TV, dan AC. Aku bisa memberi nilai 7/10 untuk harga dan kamarnya di OYO Yandra Guest House.

Kenapa kita memilih daerah tersebut? Kita berharap lokasi kita yang dekat dengan camp Bali MMA akan memudahkan motivasi kita untuk berangkat latihan. Tapi mungkin karena terlalu lelah berpindah, cuaca Bali yang berbeda akhirnya kita belum mencoba latihan di Bali MMA.

Zealot Muay Thai Bali

Zealot Muay Thai Bali baru buka kurang dari satu bulan. Mereka memiliki hampir 3 sesi tiap harinya. Biaya per kedatangan 150 ribu rupiah. Aku datang pertama kalinya di sesi 3-5 sore tolong jangan ditanya terik mataharinya. Bangunannya terletak di lantai dua, aku sempat kebingungan untuk mencari tangga karena tukang yang kerja persis di belakang bangunan tersebut tidak tau Zealot itu apa. Bangunannya berbentuk semi outdoor tidak heran jika mereka tidak ada kipas, angin sepoi-sepoi pun cukup. Bisa terlihat bahwa tempat ini masih baru karena semua masih terlihat fresh. Seorang laki-laki terlihat menjaga di meja depan sekaligus pelatihnya. Aku lupa tanya siapa namanya.

Jujur aku tidak begitu menyukai kesan pertama disana. Mungkin karena aku bilang bahwa aku baru pulang latihan di Thailand lalu dia menyuruh lompat tali selama 20 menit. Gaya latihan tiap camp tidak selalu sama dan aku sudah mulai agak kecewa karena ucapannya setelah skipping yaitu “Kok lemah sih?” Hey dude! You shouldn’t have said that! 

Setelah itu kita stretching dan dilanjut dengan latihan beban. Tanpa aba-aba atau contoh gerakan, pelatih hari itu menyuruh burpee, squat jump dengan beban, push press dengan T-bar, tricep extension, push up, dan sit up. Semua dilakukan hampir 20 x 3 set, tanpa hitungan atau aba-aba dari pelatih.

Kemudian dilanjutkan dengan menggunakan handwrap lalu 3 ronde shadow boxing. Setelah itu baru menggunakan gloves dan 3 ronde bebas di heavy bag. Diselingi push up dan sit up 20 kali tiap istirahat. Lalu sesi padding 3 ronde. Terakhir aku diminta knee 100 kali, push kick 100 kali, kick 50 kali (karena angkle kiriku injury), dan 8 ronde x 20 detik jab-strike dan uppercut. Lalu cooling down.

Ini adalah beberapa poin catatanku pada sesi latihan tersebut. Peringatan ini tidak bermaksud menjelek-jelekan camp tersebut, semua catatan disini bermaksud mengingatkan kepada sesama praktisi. Aku akan mencoba senetral mungkin untuk menjabarkan yang baik dan tidaknya dari sesi pertamaku di Zealot Muay Thai Bali.

Entah kenapa aku curiga pelatih hari itu mengetes fisik dengan 20 menit skipping dan randomly memberikan beban (hari itu pelatih memberikan beban sekitar 8-10 kg). Bagusnya aku pernah training di Fitness First jadi etika komunikasi kepada client, pemilihan kata-kata, penggalian pengalaman, level fitness, pertanyaan seputar injury, biasanya aku tanyakan secara perlahan ke client. Tidak ada masalah jika pelatih ingin menguji, tapi baiknya test dilakukan dari yang ringan ke berat. Jika kamu mau menguji kekuatan fisik, berikan beban perlahan dari yang ringan dan ditambah jika memang kamu melihat client masih mampu beban yang lebih berat. Apalagi industri bela diri seperti Muay Thai di camp tidak dijamin oleh asuransi. Apa yang terjadi jika client cedera? Baik pelatih dan client tidak ada yang mau hal itu terjadi. Bukan hanya client yang kapok latihan disana tapi juga bisa merusak reputasi camp. Saranku bila kamu diberikan beban berlebihan oleh pelatihmu dan merasa tidak bisa, tidak usah dilakukan. Ingat safety first. 

Selanjutnya adalah kata-kata yang tidak sepatutnya diucapkan oleh pelatih kepada client baru yang tidak saling kenal. Contohnya ketika dia bilang “Kok lemah?!” Ini adalah suatu yang berbahaya bila dilakukan oleh pemberi jasa. Mood latihanku sudah hancur dari awal sesi. Setiap aku memiliki client yang hari itu lemah, aku berusaha untuk tidak mengucapkannya. Aku selalu mencoba menanyakan apa yang terjadi jika hari itu, sudah makan? Apakah dia sedang tidak sehat? Mungkin injury? Bahkan hingga tidurnya cukup atau tidak? Apalagi untuk client baru. Baiknya jika kamu menyebut dirimu pelatih yaitu dengan mengatakan hal positif untuk membangun semangatnya. Mungkin kamu bisa mengatakan “Kok lemah?!” jika kamu merasa sudah kenal dengan client tersebut.

If you don’t even know who is that person, you better be nice with them.

Setelah itu biasakan untuk mencontohkan terlebih dahulu sebelum menyuruh kepada client. Kamu bisa bantu untuk menghitung dengan jelas agar client tidak merasa ‘dikerjain’ oleh pelatih. Gunakan juga suara yang lantang apalagi jika kamu menyalakan musik yang keras. Jangan salahkan client jika dia merasa suaramu kecil sekali atau seperti kumur-kumur. Ingat, client itu raja.

Terakhir mungkin ini hanya bergantung gaya tidap camp. Aku hanya memberi saran jika hari itu sepi (hanya aku sendiri yang latihan hari itu) baiknya kamu bisa mengajarkan kombinasi yang biasanya dilakukan di camp kamu. Lebih bagus lagi jika pelatih tersebut sudah pernah tanding, pelatih bisa mengajarkan kombinasi yang biasanya dilakukan saat fight. Itu akan lebih baik ketimbang 8 x 20 detik jab-strike dan 8 x 20 detik uppercut.

Fasilitas pendukung seperti kamar mandi ada satu disini, ada rak untuk menyimpan tas, dan equipment seperti gloves dan handwrap tersedia dan dalam kondisi bagus. Overall aku merasa kurang puas dengan biaya 150 ribu untuk single visit karena aku merasa hanya latihan sendiri dan seperti menyewa muay thai camp saja.

Dojo Coworking Space

Dojo adalah salah satu coworking space di Bali, tepatnya di Canggu. Lokasinya dekat sekali dengan Echo beach dan sudah berdiri cukup lama. Fasilitasnya ada meeting room dan skype room. Selain didukung juga oleh restoran dan coffee shop, uniknya tempat ini memiliki kolam renang. Kalender event bulanan terpajang di depan meja staff, entah sharing ilmu antar coworkers atau day trip. Coworkers disini biasanya para digital nomad yang membutuhkan better internet, space bekerja, dan komunitas. Banyak entrepreneurs, digital marketers, bloggers, web developers, online consultants, coders, networkers, designers, eco-warriors, writers, artists, programmers, yap jenis mereka yang kerja dari digital.

I’m officially a digital nomad!

Biaya membershipnya beragam dari day pass, 30 jam, 50 jam, 100 jam, dan unlimited. Bagusnya untuk pemegang KTP Indonesia memiliki diskon 50% dari harga paket. Mungkin karena kebanyakan adalah turis dan sedikit pula orang indonesia yang berkerja remote. Mungkin problemnya disini satu sih, kita yang ‘manusia’ harus lepas sepatu/sendal tapi anjing bisa masuk gitu aja dan ngga diusir. I have no problem at all dengan anjing disana, agak concern sama kenyamanan dan kebersihan aja sih as a muslim. Aku pun ngga minta dispecialkan karena muslim disini minoritas dan semua orang suka anjing.

Dee Muay Thai Bali

Camp kedua yang aku coba yaitu Dee Muay Thai. Harga pervisitnya cukup terjangkau yaitu 80 ribu rupiah. Bangunannya dari kayu dan semi outdoor. Terlihat beberapa samsak tergantung di bar terbuat dari besi berbeda dari kebanyakan camp yang memiliki bar kokoh. Eits jangan salah, salah satu heavy bag benar-benar heavy, entah mungkin benar diisi pasir atau malah besi karena berat dan keras. Tidak hanya itu tersedia juga ring. Dihias berbagai bendera dan poster pertandingan, camp ini mirip camp lokal yang biasanya ada di Thailand. Resepsionisnya memberikan aku kunci loker untuk menyimpan barang-barang.

Sesi Sabtu pagi itu didatangi sekitar 15 orang diisi oleh 75% turis asing dan sisanya lokal termasuk juga 3 pelatihnya. It’s a good sign. Lama durasi persesinya adalah 2 jam. Dimulai dengan 5 menit skipping, stretching, handwrap, shadow boxing 3 menit x 3 ronde sementara untuk pemula diajarkan teknik, padding 3 menit x 3 ronde, heavy bag 3 menit x 3 ronde, clinching 3 ronde, strength training, dan cooling down. Beberapa kali diselingi 10-20 kali push up atau sit up saat istirahat.

Wow. Aku dan Josh puas dengan sesi latihan disana. Kita sangat senang menemukan tempat latihan yang bukan muay thai fitness atau muay thai cardio, tapi benar-benar Muay Thai camp. Aku rasa ini camp pertama yang aku coba dan memiliki porsi latihan sama seperti camp latihan di Thailand.

Awalnya aku cukup meragukan bagaimana mereka menghandle 15 orang dengan 3 orang trainer tapi mereka bisa. Walaupun sesi padding kurang berasa karena 1 trainer menghandle 2-3 orang. Aku bisa memaklumi karena hal ini bukanlah hal yang mereka bisa handle karena jumlah yang latihan tidak bisa ditebak. Aku juga sempat meragukan bar heavy bag yang seperti tidak heavy. Tapi seperti yang sudah aku katakan, salah satu heavy bag yang aku coba seperti dari beton.

Pelatih disini ramah dan bisa berbahasa Inggris, malah jadi kebawa-bawa ngomong Inggris juga denganku. Saat mereka menghitung atau memberi instruksi pun dengan bahasa inggris dan malah bahasa Thailand. Strength training hari itu adalah 10 x star sit up, 10 x russian twist, dan 20 x superman yang dilakukan 3 ronde. Wow. 

Tempat ini juga memiliki restoran serta akomodasi. Aku dan Josh langsung meminta untuk melihat kamar dan bertanya ketersediaan untuk bulan depan. Mereka memiliki 2 pilihan akomodasi yaitu standar dan deluxe. Pilihan durasi akomodasi yaitu sehari, seminggu, dan sebulan. Harga kamar standar untuk sebulan adalah 5 juta rupiah sementara deluxe 6 juta rupiah. Biaya akomodasi di luar membership Muay Thai. Hari itu juga kita langsung memesan kamar untuk bulan depan. Selain karena kita suka sesi latihan disana, lokasi pun strategis dengan coworking space lainnya bila Dojo terlalu jauh, selain itu dekat dari Denpasar. Kita tidak sabar untuk pindah dan latihan lagi disini!